breaking
Gambar tema oleh mskowronek. Diberdayakan oleh Blogger.

menulis untuk peradaban

menulis untuk peradaban

renungan & kontemplasi

renungan & kontemplasi

celoteh anak negeri

celoteh anak negeri

Ketika Sebuah Titik, Kembali Menjadi Koma

Bagikan

Ketika Sebuah Titik, Kembali Menjadi Koma (Antologi FLP Jatim). 

Oleh: Dwi Nur Rikhma Sari 


Sebuah diary bermotif bunga dan boneka tak sengaja aku temukan di dalam sebuah kotak yang tersimpan cukup lama, berhasil membawaku kembali bernostalgia dengan bebas. Aku tersenyum kecil ketika memandang diary yang tertuliskan tahun 2002 itu sudah mulai usang dan penuh debu. Aku baca perlahan, terlarut dalam setiap kata yang tertulis disitu, seakan membawaku kembali pada peristiwa nyata saat itu. Setiap tulisan demi tulisan itu, berhasil mengembalikan setiap detail ingatan di dalam sel memori otak, seperti sebuah puzzle yang telam lama terpisahkan satu dengan yang lainnya kembali menjadi satu meski tak sepenuhnya utuh. Baru aku sadari, hingga saat ini aku tak pernah bisa lepas dengan yang namanya tulis menulis di dalam sebuah buku yang aku sebut dengan "dnrs-diary" itu. Sebuah buku, yang aku jadikan sebagai saksi bisu perjalananku, sebuah buku, satu-satunya tempat yang aku bisa bebas menuliskan secara detail apa yang ada di dalam hati. Sebuah buku, tempat aku ingin mengabadikan setiap peristiwa yang mungkin saja terlupakan oleh sel memori karena massa yang terus bergerak maju dengan setiap peristiwa baru. Ya, karena aku ingin mengabadikan setiap moment berbagai hal yang tampak oleh mata, yang terdengar oleh telinga, yang terasa oleh sistem indera tubuh, dan segalanya yang tak sempat bahkan tak bisa terucapkan dengan sebuah kata. Hanya sebuah tulisan dengan sebuah kalimat. Sejenak aku mengingat, dan segera aku menghampiri sebuah laptop yang sudah lama setia menemani perjalananku mulai dari aku menempuh gelar Sarjana hingga pekerjaan ini. Aku terhenyak sesaat ketika sebuah folder yang sudah lama tak aku sentuh masih tetap pada posisinya. Aku membuka file folder itu, dan ternyata sudah berjibun tulisan curahan hati bahkan sebuah karya novel yang tak pernah terpubliskan. Aku tersenyum ringan, membaca setiap curahan hati dan kara cerpen atau novel buatanku. Satu persatu setiap tulisan aku membacanya, sebuah tulisan yang dimulai dengan berbagai kosa kata, bahasa dan gaya tulis yang banyak perubahan dari tahun per tahun, ternyata aku masih sangat pemula.

Aku tak pernah mendapatkan ilmu tentang sastra maupun menulis, hanya sebuah kesenangan dan kepuasan. Aku kembali teringat, sebuah aktivitas yang paling aku sukai kala suasana hati penuh dengan warna pelangi, MENULIS, entah hanya sekedar menulis cerita hati atau bahkan menulis setiap kisah wajah-wajah orang yang pernah hadir dalam hidup ini bahkan kisah aku sendiri. Sejenak terdiam, mengembalikan puing-puing memori yang mulai pecah berkeping-keping seperti sebuah "puzzle" yang siap untuk disatukan kembali. Sejak tahun 2014, entah dengan alasan apakah, aku menghentikan aktivitas menulisku, bahkan aku berhenti menulis kisahku dalam sebuah buku diary. Sudah sangat lama, dan begitu sangat lama, hingga aku sadar ada ruang kosong dan hampa di dalam hatiku. Aku terdiam, dan beranjak menuju sebuah cermin besar yang terletak tak jauh dari tempat aku semula. Aku bercermin dengan penuh seksama, mengamati setiap detail pada tubuh yang mungkin tak sempurna ini. Memandang cermin tepat berada di depan mata, tanpa sudut dan batas yang cukup jelas, melihat pantulan penuh diri ini, berhasil membawaku kedalam sebuah lamunan yang entah untuk berapa panjang kisah aku ke belakang.

Aku, seorang lulusan Magister Sains, dengan gelar, pendidikan dan pekerjaan yang mungkin terihat sebagai salah satu hal yang luar biasa bagi sebagian orang. Seutas seyum kecil terlihat di dalam cerminan itu, entahlah adakah dia di dalam sana adalah pantulan ekspresi yang sama pada diriku di dunia nyata ini. Yap, aku memang begitu sangat menyukai ilmu sains terutama di bidang biologi. Aku suka berpetualang, aku suka menghafal, bahkan aku suka berinteraksi dengan alam dan segala keindahannya. Aku begitu sangat ingin mengabadikan semuanya dengan sebuah tulisan. Suara alarm hp menyadarkanku dari lamunan dan khayalan panjang tak berujung ini, berhasil membawaku kembali ke dunia nyata. Terdiam sejenak, bertanya kedalam hati, apakah saat ini adalah mimpiku yang sesungguhnya? Apakah ambisi menjadi seperti sekarang ini adalah benar karena keinginanku? Ataukah, adakah yang tahu, apakah sesungguhnya mimpiku? Mungkin tak ada yang tahu, karena aku memang tak ingin memberi tahukan pada semua termasuk orang tuaku. Aku mungkin mengetahui dengan jelas mimpiku, kesukaanku, apa yang ingin aku lakukan, bahkan cita-citaku, tapi terasa tak ada cukup keberanian untuk membuktikan bahkan menunjukkannya pada dunia. Aku hanya bisa memandang berbagai buku best seller, hanya cukup mampu memandang orang yang berhasil sukses dengan karya mereka, bahkan hanya bisa mengagumi setiap bakat yang Allah berikan pada mereka.

Tahukah kau, bahwa aku dulu ingin menjadi seperti mereka, aku ingin bisa menuliskan setiap untaian kata dan ide di dalam hati ini ke dalam sebuah buku, bahkan aku ingin melihat nama penaku yang sudah aku siapkan sejak dahulu tertuliskan di sebuah buku best seller karyaku sendiri. Buku dengan nama “dnrs_dinnurrisa” yang entah kapankah Allah memberikan kesempatan itu padaku, hanya sekedar sebuah impian yang siap menerima bahwa impian itu mungkin hanya impian hampa belaka. Saat ini, kesenangan ini hanya bisa tersalurkan pada sebuah tulisan bertemakan penelitian sains yang sempat terpublish ke berbagai jurnal, ya dikarenakan status pekerjaan yang mewajibkan hal seperti itu. Dan sekarang, Subhanallah, meski terlambat ataukah memang inilah saatnya yang tepat, Allah mengirimkan beberapa orang dan sebuah organisasi FLP di hadapanku tanpa sebuah perencanaan dari dalam diri ini sendiri.

Sebuah organisasi yang sejak dahulu aku anggap sebuah perkumpulan tempat orang hebat yang bisa bebas berkreasi dan bermimpi, tempat yang begitu sangat ingin aku berada di antara mereka bahkan satu-satunya tempat yang aku yakini bisa membantuku meraih mimpi.


Dan kini, tepat dihadapanku, Kau menyuguhkannya, bahkan menawariku menjadi bagian darinya dengan skenario-Mu yang sempurna ini. Sebuah kesempatan yang tak bernilai harganya dan tak ingin aku menyesal telah mengabaikannya. Ya, bertemu mereka, seakan menamparku dan mengingatkanku akan sebuah mimpi yang sempat terkubur lama, mengingatkanku tentang sebuah aktivitas yang begitu sangat aku sukai dan mengingatkanku pada berbagai hal di dunia ini yang tak sempat aku lakukan. Entahlah, masih adakah kepercayaan dalam diri ini? Entah, apakah masih ada juga jiwa, hati dan semangat yang sama di dalam diri, mengingat status dan usia yang tak setangguh dan seenergik dahulu? Atau bahkan, cukup beranikah hati ini, untuk membuka diri kepada dunia saat mereka membaca tulisanku nanti? Sebuah tulisan yang sejak dahulu hanya sekedar hobi, curhatan hati bahkan dikonsumsi untuk diri sendiri. Mereka membuat aku kembali pada jiwaku yang sesungguhnya, mereka berhasil menghidupkan semangat menulisku kembali, dan mereka berhasil menghidupkan kepercayaanku untuk kembali bermimpi.

Aku ingin menjadi seorang penulis, bukan, aku ingin kembali menulis. Mungkin tak cukup keberanian tangan ini untuk menuangkan setiap kata menjadi kalimat, tapi jauh dalam diri ini, sebuah bisikan selalu membisikkan bahwa aku tak ingin menyiakan kesempatan untuk mencobanya. Mungkin terlambat, tapi kesempatan takkan datang untuk kedua kalinya. Dan aku memulai kesempatan itu dengan sedikit menuliskan apa yang ingin aku tulis dalam sebuah cerita singkat ini.

Aku tak ingin menulis agar kalian bisa bebas menilai dan mengomentari, aku tak ingin menulis hanya karena ingin sebuah publisitas dan pujian, dan aku tak ingin menulis hanya karena sebuah perlombaan. Aku hanya ingin menulis karena aku ingin menulis. Aku ingin menulis hanya karena ingin kembali menghidupkan jiwa, mimpi dan sebuah hobi yang sempat lama terlupakan atau bahkan yang sama sekali tak ingin aku tunjukkan pada dunia. Aku ingin menulis karena inilah duniaku yang sebenarnya. Terimakasih Allah, kau telah mempertemukan aku dengan mereka, atau mereka yang telah menemukan aku. Meski menjadi bagian dari FLP Lumajang sempat tertinggal sejenak karena harus menuju belahan bumi lainnya, tapi tanda "titik" yang sempat aku tuliskan akan berubah menjadi sebuah tanda "koma" dan aku siap menyusun kata menjadi sebuah kalimat bersama FLP Lumajang. Fight.

Cerpen ini dimuat pada Antologi Kisah Inspiratif FLP Jawa Timur: Istana Yang Dibangun Dari Kata-Kata (2016. Sidoarjo: Syams Media).

Tentang M Hasyim Azhari

FLP Lumajang bertekat akan mencetak ribuan pejuang pena untuk menuliskan sejarah indah tentang Lumajang, dengan sejuta kelebihan daya tarik dan pesona keindahan pariwisata serta masyarakatnya yang ramah.
«
Selanjutnya
Posting Lebih Baru
»
Sebelumnya
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Tinggalkan pesan atau komentar